MENDIFINISIKAN ULANG KESUKSESAN
Photo: Dok.Detikcom |
Orang mengira semakin maju sebuah
negara, semakin kaya penduduknya, semakin besar GDB suatu negara semakin besar tingkat
kebahagian warganya. Ternyata tidak begitu faktanya.
Dalam bukunya The Geography of
Bliss (2022), Weiner menunjukan hal-hal paradoks. Apakah orang Swiss lebih bahagia
karena negaranya paling demokratis di dunia? Apakah pendudukan Qatar yang bergelimang
dollar dan minyak itu menemukan kebahagiaan di tengah kekayaan itu?
Apakah Raja Bhutan seorang pengkhayal
karena berinisiatif memakai indikator kebahagiaan rakyat yang disebut sebagai Gross
National Happiness sebagai perioritas nasional?
Mengapa penduduk Ashville,
Carolina Utara, sangat bahagia? Mengapa penduduk di Islandia, yang suhunya
sangat dingin dan jauh dari mana-mana, termasuk negara yang warganya paling
bahagia di dunia? Mengapa di India kebahagiaan dan kesengsaraan bisa hidup berdampingan?
Mendifiniskan kebagaiaan adalah
perkara yang tidak mudah. Apalagi melihat pencapaian kebahagiaan sebagai
kesuksesan seseorang. Tambah rumit lagi.
Arti Kesuksesan
Mari lihat pengalaman ini:
Mungkin anda penrah mendengar
cerita ini: artis populer, aktor hebat, peraih Oscar, Robin Williams mengakhiri
hidupnya dengan GANTUNG DIRI. Kabarnya, dia artis kaya raya, ganteng, bahkan,
ada berita, untuk kategori zaman sekarang, tak ada wanita yang sanggup menolak
pria tampan itu.Tetapi, mengapa dia konyol sekali, mati dengan gantung diri.
Tragedi Williams adalah tragedi
kemanusiaan. Ketika matrealisme menjadi panglima, ketika kekayaan, jabatan, dan
ketenaran menjadi dewa yang diagung-agungkan. Bahkan, uang dan kekuasaan harus
dikejar sampai ke ujung dunia secara membabi buta. Ironinya, pada saat nafsu
menggapai itu memuncak, kita sering lupa pada dimensi kemanusiaan. Lupa diri,
lupa asal. Mabuk duit, mabuk kekuasaan, raip dalam ketenaran.
Ciri-cirinya dimuali dari sering
stress, depresi, ngamuk-ngamuk, suka menyalahkan orang lain, kurang sabar, dan
ambisi yang berlebihan-kadang-kadang susah tidur.
Kata Yoswahady, perlu redifinisi
tentang arti sebuah kesuksesan. Kesuksesan adalah penghormatan terhadap
kemanusiaan kita secara utuh, tanpa disunat sana-sini. Dan, untuk mencapai itu,
ukuran sukses yang lama: UANG+KEKUASAAN (money and power) sudah tidak memadai
lagi. Harus ada ukuran ketiga (third metric) untuk mengukur kesuksesan.
Katanya, itu adalah "Thrive".
Arianna Huffington, pendiri koran
darling paling top di AS merumuskan Thrive itu ke dalam 4 elemen.
Pertama, kesehatan
lahiriah-batiniah/well-being. Bersyukur bila saat ini anda masih sehat dan
tidak tidur di rumah sakit. Kedua, ketakjuban/wonder. Anda perlu melihat hidup
sebagai suatu yang luar biasa yang diberikan Tuhan.
Ketiga, kearifan/wisdom. Sehebat apapun
bila jiwa anda kering, tidak memiliki kearifan, anda tidak akan menemukan
kebahagiaan – kesuksesan. Anda akan terus merasa menderita dan kekurangan.
Keempat, sikap memberi/giving. Sikap
memberi penting untuk menemukan kebahagiaan. Menhumpulkan harta dan menahan
diri untuk berbagai membuat anda tersakiti dan sakit-sakitan.
Karane aitu, dalam kategori thrive,
sukses haruslah berbading lurus dengan kebahagiaan, keceriaan, dan keselamatan.
Arianna Huffington, mendefinisikan Thrive sebagai "Jiwa yang terus
bertumbuh" how we measure success is changing.
Tentu saja, baik Eric Weiner, Arianna,
Yoswohady, atau saya sekalipun, tidak sedang mengatakan anda tidak boleh kaya
raya, tidak mencari uang yang melimaph, tidak gemar mengurai kekuasaan, atau
anda tidak harus menjadi populer, tidak!
Tetapi, mestilah diingat, "Kita
Bukanlah Robot Pengumpul Uang", apa yang dapat anda lakukan jika uang
setumpuk, tetapi tidak pernah merasa cukup? Apa pula yang harus anda lakukan
jika jabatan setinggi langit tidak membuat anda rendah hati?
Kesuksesan bukanlah to take
you at the top of the world, melainkan to take you to change. Sukses
haruslah penuh dengan kerendehan hati, kontribusi kepada umat manusia, kekayaan
nurani, kearifan budi, dan hidup yang penuh makna.
Tentu saja, anda bisa membuat
kategori atau ukuran sendiri-sendiri untuk kesuksesan masing-masing. Karena
kita harus menentukan ukuran kita masing-masing. Tanpa itu, kita tidak lebih
seperti boneka, yang tidak memiliki arah dan tujuan hidup.
Kesuksesan adalah kompas hidup
yang kita susun untuk mencapai ultimate reality-nya kehidupan. bukan semata
uang, dan kekuasaan. "How will you measure your life? itulah kesuksesan.
Post a Comment for "MENDIFINISIKAN ULANG KESUKSESAN"